Tentang Harapan (Bagian 2)
Aku masih ingat dengan jelas, sangat, sangat. Emosimu yang mulai berganti kehangatan. Aku masih ingat, Bu. "Saudara, diputuskan bersalah, dan dihukum 15 tahun penjara." Suara ketuk palu keadilan berbunyi tiga kali, terdengar nyaring dan memenuhi seluruh ruang sidang. Tampak seorang laki-laki menangis, entah dia menyesal dengan perbuatannya, atau menangisi hidupnya yang akan terbuang dari masyarakat selama 15 tahun ke depan. Aku masih ingat, Bu. Dulu, kau sering memukuliku, dengan tatapan benci, yang aku pikir kau memarahiku karena rasa sayangmu. "Terima kasih, Bu. Akhirnya pembunuh anak saya menerima semuanya dengan setimpal." Seorang ibu paruh baya menangis haru, seolah ia mendapati anaknya yang telah meninggal, hidup kembali dan tengah tersenyum padanya. Tapi, aku bersyukur. Kebodohan dan kepolosanku kala itu, telah membawaku berjalan tertatih pada mimpiku. Ibu, maafkan aku telah lahir. Ini bukan keinginanku, bukan mauku lahir menjadi seorang anak yang diseb...